Allah Tidak Membebani SeSEORANG MeLainkan Sesuai Dengan Kesanggupannya(Al-Baqarah:286)

Senin, 11 Juni 2012

Jangan Salah Sangka Dulu

UBUR-ubur memang tidak termasuk dalam kelompok ikan yang bernilai tinggi dan dicari nelayan. Padahal di Jepang, Korea, dan China, satwa laut ini sangat berharga.

Setelah diolah secara khusus, ubur-ubur dapat dijadikan menu utama bernilai tinggi. Di restoran besar, khususnya yang menyajikan masakan China, menu berbahan baku ubur-ubur kerap dicari pelanggan.

Ubur-ubur yang telah dikeringkan juga bisa dijadikan camilan lezat. Ini biasa dijumpai di mal-mal di Jepang, dengan harga sekitar 100-200 yen, tergantung ukuran kemasan. Camilan ini sangat digemari para remaja di Jepang.

Rasanya enak, sama sekali tak berbau anyir, mengandung protein hewani yang tinggi.

Satwa ini ditemukan hampir di seluruh peraian laut. Mereka hidup dan berenang dari permukaan hingga di kedalaman laut.

Beberapa ubur-ubur ditemukan hidup di air tawar. Umumnya berwarna bening, meski ada juga yang berwarna-warni, tergantung wilayah pesisir di mana ia hidup.

Karena bentuknya mirip jelly, ia kerap disebut jellyfish. Tapi organ tubuhnya mampu memendarkan cahaya hijau terang kebiruan, kuning kehijauan, atau merah menyala. Pendaran itu berasal dari cahaya matahari yang diserap sel-sel protein yang mengandung zat fosfor.

Pada waktu gelap, khususnya malam hari, cahaya itu otomatis dilepaskan. Tidak heran jika pada malam hari, di kedalaman laut tampak pendaran cahaya hijau kebiruan yang bergerak beriringan ke depan.

Yang menarik, ubur-ubur tak punya mata untuk melihat mangsa dan musuh, tidak pula memiliki otak. Dia hanya berupa massa air seperti agar-agar, meski bisa menjalankan tingkah laku berakal seperti berburu dengan berbagai taktik, dan meloloskan diri dari musuh-musuhnya.

Segala Iklim

Ubur-ubur dapat hidup di hampir segala iklim, dan sebagian besar berbahaya bagi makhluk lainnya. Satwa yang 95 persen terdiri atas air ini memiliki struktur yang tembus pandang dan tentakel (organ menyerupai belalai) yang berjuntai dari bagian bawah tubuhnya.

Pada beberapa spesies, ada cairan beracun di dalam tentakelnya. Ubur-ubur menangkap mangsa dengan menyemprotkan racun ini, lalu membunuhnya.

Bagi yang tidak memiliki racun, bukan berarti tidak dapat mempertahankan diri. Mereka menggunakan sel penghasil cahaya untuk melindungi dirinya. Saat meninggalkan musuhnya, semua tubuhnya memancarkan cahaya.

Tapi saat musuh menggigitnya, cahaya di bagian tubuh yang berbentuk lonceng pun padam, dan tentakel yang masih bercahaya dilepaskan dari tubuhnya.

Dengan cara inilah, musuh mengalihkan perhatian pada tentakel. Ubur-ubur pun mengambil keuntungan dari situasi ini dan segera melarikan diri.

Ubur-ubur memiliki banyak manfaat kesehatan. Prof Osama Shimomura, Martin Chalfie, dan Roger Tsien meraih Nobel setelah selama 30 tahun meneliti ubur-ubur untuk kepentingan dunia kedokteran.

Kini, para dokter di dunia dapat memantau perjalanan penyakit hingga terjadi kerusakan jaringan dengan jelas. Karena ekstrak protein GFP dalam melakukan perjalanannya dalam jaringan, bersinar seperti ubur-ubur berenang di kegelapan lautan.

Ekstrak protein yang berpendar hijau, diekstraksi dari ubur-ubur jenis Aequorea victoria. Dengan teknologi tersebut, zat protein dari ubur-ubur bisa digunakan untuk kepentingan lain.

Di antaranya untuk tes DNA, serta pengobatan rematik dan asam urat (athritis).
suara merdeka .com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar